"Mana nih entry barunya?"
"Bikin entry baru dong, gue lagi galau nih, butuh hiburan"
"Ah nggak niat nih, nggak pernah update blog lagi"
"Katanya pengen jadi penulis? lanjutin dong blog-nya"
Itu sebagian besar ucapan dari temen-temen gue yang cukup menohok sekaligus memotivasi gue buat ngelanjutin blogging, santai saja kawan, Galau-tawa belum tamat kok, hanya saja gue lagi mengalami fase "renungan", dimana gue berpikir keras untuk menghadirkan ide-ide baru sehingga blog gue ini tidak terlihat mainstream. Gue terharu lihat total visitor blog ini sudah mencapai 5000 orang, gue terharu lihat antusiasme kalian, gue terharu saat kalian menagih janji gue buat update blog lagi, dan inilah waktunya kawan, gue bakalan bikin entry baru lagi! Tisu mana tisu?! *usap air mata
Oke, di "awal kebangkitan" ini, gue bakalan sharing tentang hobi baru gue.
Backsound: My Chemical Romance - Welcome to the black parade
Hobi baru gue ini berhubungan dengan kamera, diperlukan kesabaran, keuletan, kedisiplinan, dan kerja sama yang solid di dalamnya. Apakah itu? ya, bikin film. Hobi ini bermula dari gue ditawarin bikin script film oleh Samantha Films (Home Production di sekolah gue). Hari itu hujan deras, gue paksain diri berangkat ke sekolah jam 3 sore buat diskusi pembuatan film baru yang bakalan diikutkan lomba di Festival Film Solo. Denger kata "festival", gue langsung deg-degan, hidung kembang kempis, mata berair, kulit keluar bintik-bintik merah, eh, ini tegang apa demam berdarah? Waktu itu, Mas Dimas (ketua Samantha Films) memimpin tahap brainstorming ide, 15 menit masih belum ada ide, 30 menit belum ada ide, 45 menit belum ada ide, 1 jam gue ada ide tapi ditolak mentah-mentah karena ide gue terlalu "anti-mainstream" sehingga susah untuk digarap, 2 jam berikutnya kita baru dapat ide, nggak perlu gue jelasin seperti apa idenya, kalau pengen tau, nonton aja film judulnya "500", tapi sayang nggak dipublikasikan, karena regulasi dari panitia lomba. Gue langsung tancap gas bikin script sebagus mungkin dan semampu gue, dengan melewati 9 tanjakan, 8 belokan, 7 turunan, akhirnya script kelar juga. 2 hari kemudian, gue kasih script itu ke Mas Dimas, dia menimbang-nimbang, matanya membelalak, dahinya mengernyit, setelah 1 jam gue nunggu, akhirnya dia bilang, "bagus sih, tapi lebih bagus kalau ceritanya dibikin lebih kompleks dan sederhana", JLEB! Tanpa banyak bicara, gue revisi lagi script-nya, setelah melewati 9 tonjokan, 8 tendangan, dan 7 tamparan, gue berhasil bikin script yang diinginkan.
Backsound: Queen - We are the champion
Singkat cerita, syuting pun dimulai.
Singkat cerita, syuting selesai.
Jujur, nggak ada momen yang terlalu menarik waktu syuting, jadi nggak perlu gue tulis lah seperti apa prosesnya.
Seminggu kemudian, anggota Samantha Films nonton bareng film "500", nobar ini diadakan di tempat tertutup, gelap, dan pengap, kami semua deg-degan nunggu seperti apa hasil kerja keras kami selama ini, film diputar, gue keringat dingin, jantung berdebar, temen gue ngasih nafas buatan. Hasil filmnya cukup bagus, tinggal nunggu pengumuman dari panitia festival.
![]() |
Kru "500" numpang narsis |
Sekitar 2 minggu kemudian, tiba-tiba waktu gue masuk kelas, temen-temen ngucapin selamat ke gue. "Ada apa nih? gue nggak lagi ulang tahun", ujar gue dalam hati. Salah satu temen gue yang juga salah satu anggota Samantha Films ngasih tau gue kalo film 500 lolos dan masuk ke 8 besar Festival Film Solo. Sontak gue guling-guling, loncat-loncat kegirangan (nggak se-lebay itu sih). Dan kabar baiknya, kami semua diundang ke Solo untuk screening perdana film 500!
Sepulang sekolah, kita semua berkumpul dan membahas keberangkatan ke Solo, ada satu masalah yaitu ijin dari sekolah terbatas, hanya 4 orang yang diperbolehkan berangkat ke Solo. Akhirnya, hanya siswa yang fokus ke dunia perfilman yang dipilih, dan itu termasuk gue. Akhirnya kami memutuskan berangkat naik kereta dari Lumajang ke Solo. FYI, gue belum pernah naik kereta ekonomi, di bayangan gue, kereta ekonomi itu pasti desak-desakan, bau khas pasar, pengap, ternyata keadaan yang sebenarnya jauh dari pemikiran gue, kereta ekonomi itu adem, ayem, nyaman pokoknya deh. Sejak saat itu gue ketagihan naik kereta. Lagi-lagi gue harus menempuh perjalanan panjang. Kali ini 8 jam! Gue takut kalau nanti gue turun dari kereta pantat gue jadi dua dimensi.
Singkat cerita, kita udah nyampek di Stasiun Jebres, Solo. Waktu itu udah jam 7 malam, kami berempat langsung naik taxi ke hotel. Sesampainya di hotel, kami berempat disambut kakak-kakak kelas yang udah nyampek duluan, termasuk Mas Dimas. Kamar kami diisi 8 orang. Baru saja sampai, kami semua berangkat ke Teater Besar ISI Solo buat nonton film-film peserta yang lolos juga. Film-film yang diputar keren banget, gue sempat minder karena materi film kami sangat sederhana dan budget-nya minim banget.
Film kami diputar dua hari berikutnya, kami bersiap, pakaian udah rapi, rambut udah klimis, parfum udah semerbak (ini mau nonton film apa lamaran?). Akhirnya tiba juga screening perdana film "500", penonton waktu itu cukup banyak, entah kenapa waktu film kami diputar, gue deg-degan banget, keringat dingin (lagi), jantung berdebar (lagi), temen gue ngasih nafas buatan (lagi). Setelah pemutaran selesai, tepuk tangan penonton meriah banget. Gue bersyukur dalam hati, meskipun ternyata film kami hanya sampai 8 besar, itu udah lebih dari cukup. Keris Festival Film Solo tidak berhasil kami dapatkan tahun ini, semoga tahun depan kami bisa membanggakan kota Lumajang. Amin
Sampai saat ini film pendek jadi bagian dalam diri gue, oh iya, di entry berikutnya gue akan sharing tentang film pertama gue. Pastinya dengan cerita yang lebih gokil. Stay tune ya! :)
