Pernah nggak kalian deket sama seseorang yang lebih muda atau lebih tua dan sampai pada fase adik-kakak? pasti pernah kan? Senasib kalo gitu. Gue juga pernah deket sama adek kelas gue waktu SMP, tapi akhirnya beda SMA. Sampai sekarang masih saling curhat nggak penting. Namanya Vio, tipikal cewek sederhana, nggak muluk-muluk, easy going lah intinya. Eits, tapi jangan salah paham dulu, kesepakatan sebagai adik-kakak nggak pernah kita rencanakan sebelumnya. Pemikiran ini tiba-tiba aja muncul. Unik emang, bagaimana 2 orang dipertemukan tanpa ada ikatan darah tiba-tiba menjadi saudara.
Suatu hari, gue pernah punya janji sama dia bakalan ngajak jalan-jalan, sebut aja nge-date, padahal enggak sih. Nggak elit ya? Jelas, gue males bawa sepeda motor soalnya di deket rumah lagi ada Expo, jadi ramai banget. Lagian, jalan kaki kesannya lebih keren. Gue tertarik sama cewek yang mau diajak susah, nggak ngambil enaknya doang. Sebelumnya, kita rencanakan ini lewat sms. Anehnya, kita nggak ribut 'tujuan mau kemana', tapi kita ribut 'pake baju apa'. Konyol. Gue bilang ke dia, 'Gimana kalo pake baju hitam, celana levis?'. Dia jawab, 'Males ah, celana levis itu berat. Mending pakai celana pendek'. Gue sih pasrah aja, emang dia orangnya kayak gitu sih. Nggak suka sama hal yang ribet. 'Yaudah, gue tetap pake baju hitam sama celana levis', kata gue. 'Oke, gue ada surprise'. Gue mulai penasaran, surprise apaan nih?
Jarak rumah gue sama Vio deket banget. Anehnya, kita sama-sama pindah ke Jl.Wachid Hasyim Lumajang pas kelas 2 SD. Setiap ngobrol, kita nggak pernah kehabisan topik, soalnya ada aja yang dibahas. Boro-boro ngobrol serius.
Oke, akhirnya hari itu datang juga. Gue udah siap-siap. 5 menit berlalu, 10 menit berlalu, 30 menit berlalu. Sebelum gue karatan kelamaan nunggu, akhirnya gue sms dia. 'Lama banget?'. Nggak lama setelah gue sms, balasan pun datang, 'Sorry, minggu depan aja ya. Ada acara keluarga mendadak nih'. Gue gondok. 'Kampret, gue udah siap nih', bales gue. 'Ini mendadak banget soalnya. Sorry ya'. 'Oke deh', balas gue sok cool. Padahal gondok nggak ilang-ilang. Boro-boro mau marah, gue paling nggak bisa marah sama cewek, apalagi yang udah gue anggep adek gue sendiri.
Seminggu kemudian, akhirnya kita jadi jalan bareng. Dan gue baru tau ternyata 'surprise' yang dia maksud adalah, dia nggak jadi pakai celana pendek, akhirnya dia pakai boxer. Sontak gue ngakak. Wajah unyu, gigi gingsul, rambut sebahu digabung sama boxer tuh nggak matching abis. Gokil, itu yang gue suka dari dia. Kebanyakan cewek suka dibanding-bandingin, entah wajahnya, atau apa lah. Tapi Vio beda, dia bakalan marah kalo disama-samain. 'Aku ya aku, bukan orang lain', itu prinsipnya. Malam itu, gue belajar banyak darinya.
Jujur, kita nggak punya tujuan mau kemana malam itu. Karena ada expo di deket rumah kita, akhirnya kita kesitu. Lihat orang bejibun, gue jadi males. Begitu juga dia. Akhirnya kita memutuskan buat beli kembang gula. Jajanan favorit dia. Dan mirisnya, begitu kita nyamperin tempat jual kembang gula, hujan deras tiba-tiba nongol. Mampus. 'Yah, gimana nih?', tanya dia sambil megang kembang gula. 'Gimana kalo ke studio musik aja?', kata gue. Kebetulan band gue lagi latihan disitu. 'Nggak ah, males'. Hujan semakin nggak karuan, gue jadi kasihan sama dia. Akhirnya gue paksa buat berteduh di studio musik. Basah kuyup, jelas. Hujan deras nekat kita terobos aja.
Sesampainya di studio, gue duduk bersebelahan sama dia. Saling bungkam. Baru kali ini kita kehabisan topik. Gue membuka pembicaraan, 'Lo sih pake boxer, dingin kan? Haha'. Dia cuman senyum simpul. Perlahan air jatuh dari ujung rambutnya, dari dulu gue terpesona sama cewek yang punya rambut sebahu. Nggak tau kenapa. Gue perhatiin mata bulat-nya. Eh, dia nengok. Gue langsung ngeles, 'Masuk yuk, di dalem lagi ada band gue latihan'. 'Bentar lagi aja deh, nunggu kering'. Sekitar 15 menit kemudian, kita masuk ke studio, disambut sorakan temen-temen band gue. 'Ciyeee, PJ woi!'. Gue jadi nggak enak sama dia, dari mukanya sih dia badmood, pipinya ngembung, tapi belakangan gue tau ternyata emang dari sono-nya udah gitu.
Sebelumnya kita ngobrol banyak, tapi begitu kita basah kuyup, kita jadi saling diem. Pulangnya, gue sms dia, 'Sorry ya'. Dia bales, 'Nggak apa, asyik kok. Seru'. 'Kapan-kapan jalan bareng lagi yuk', kata gue. 'Tentu, asal nggak hujan lagi. Haha', bales dia. Mungkin minggu depan kalo ketemu dia, gue harus bawa pawang hujan. Kakak yang baik adalah kakak yang melindungi adiknya dalam keadaan genting sekalipun. Asek.
Seumur hidup, baru kali ini gue benci hujan. Kampret abis.
06-01-2013
