Sorry sebelumnya, entry lanjutan dari Jeddah-Madinah sementara gue batalin. Tau nggak kenapa? soalnya semua foto-foto waktu di Mekkah ada di HP gue. Terus kenapa? HP GUE HILANG! HILANG...LANG...LANG...LANG (dikasih echo biar keren). Ya, gue serius. HP gue hilang di sekolah, tepatnya di kolong meja. Jadi ceritanya tuh HP gue taruh di kolong meja, gue tinggal main laptop. Di sekolah gue itu moving class, jadi HP-nya lupa nggak gue bawa moving.
Ya, gue emang bego.
krik
Semenjak saat itu, gue ganti HP ke yang lebih tradisonal alias jadul. Tapi entah kenapa kebahagiaan yang ada di HP gue saat ini lebih banyak daripada HP gue yang hilang. Temen gue nambah, ilmu gue nambah (soalnya kalo browsing nggak ribet), berat badan ikut nambah (nggak tau apa hubungannya), selain itu gue jadi tambah seneng baca novel. Kenapa? gue jadi jarang sms-an sejak pake HP jadul ini, jadinya waktu gue untuk baca novel semakin bertambah.
Bicara soal novel, gue suka banget sama novel. Mulai dari novel fiksi, non-fiksi, sampai terjemahan. Bukan dari keturunan, tapi dari niatan gue untuk jadi penulis. Referensi-lah yang paling gue butuhkan saat ini. Andaikan semua buku pelajaran bisa diganti dengan novel (eh?). Seharusnya semua orang suka baca, tapi nggak jarang gue kenalan ama orang yang nggak suka baca. Sebut aja namanya Miko. Gue kenalan sama Miko ini lewat facebook, dia cowok, tapi inget, gue nggak homo! Kita chatting-an, gue memulai topik dengan topik novel. Jujur, otak gue buntu kalo ngomong dengan sesama spesies cowok. Waktu itu gue cerita ke dia panjang lebar tentang novel yang akhir-akhir ini gue baca. Perahu Kertas karangan Dewi Lestari. Mulai dari alurnya, tokohnya, serunya kisah yang ada di dalemnya, sampai harganya pun gue ceritain ke dia. Bagaimana susahnya gue dapetin buku itu dari hasil gue ngamen (bercanda woi!). Setelah gue ngetik panjang lebar buat nyeritain ke dia bagaimana serunya isi dari novel itu, akhirnya gue tanya, "Lo suka novel kan?". Jawaban dia simpel, padat, dan bikin gondok, dia bilang, "Nggak". Udah gitu doang. Gue langsung gondok. Percuma gue njelasin panjang lebar akhirnya cuman dibales 6 huruf, 'N-G-G-A-K'.
Kejadian sial yang berhubungan dengan novel juga barusan gue alami di sekolah. Jadi waktu itu pelajaran lingkungan hidup. Tugasnya mencari referensi saat itu juga tentang barang-barang yang berbahan bekas alias daur ulang. Laptop gue buka, akhirnya gue mulai browsing bareng temen gue. Namanya Irwanda. Sekali lagi, gue bukan homo. Setelah nemu bahan yang pas, akhirnya gue sama Irwanda browsing tentang novel, waktu itu pelajaran lingkungan hidup belum usai, artinya masih ada guru di kelas. Setelah browsing buat nyari novel yang bagus, mata gue tertuju ke novel karangan Dewi Lestari yang berjudul Supernova. Waktu itu suasana kelas hening, secara nggak sadar gue teriak, "Wuidih, keren banget nih novel!". Suara gue yang mirip corongan masjid langsung memecahkan suasana hening. Guru gue yang tadinya keliatan seneng langsung jadi serem. Beliau nyamperin gue. Ada tiga pilihan yang udah gue siapin buat escape dari kejadian absurd ini. Rencana pertama, gue pura-pura eplepsi terus kejang-kejang di lantai, rencana kedua yaitu gue pura-pura lupa ingatan, yang terakhir 'pasrah'. Karena pilihan pertama dan kedua mustahil, akhirnya gue milih 'pasrah'. Dengan muka sok polos, gue pindahin tab browser ke pembahasan soal daur ulang. "Gimana bu ide kami? bagus kan? ini bahannya kaleng bu, boleh kan?". Guru gue bilang, "Saya tau dari tadi kalian berdua bicara tentang novel. Ya kan?". Gue ngeles, "Nggak kok bu, dari tadi kita browsing tentang daur ulang. Ini buktinya". "Rifqi, suara kamu itu gede, jadi ibu bisa denger apa yang kamu omongin dari tadi. Kamu ngomongin soal novelnya Dewi Lestari yang berjudul 'Supernova' kan? Mau ibu pinjemin? ibu punya edisi lengkapnya lho". Gue gelagapan. Guru gue ngomong lagi, "Yaudah, sekarang kalian berdua ke perpustakaan, cari novel paling tebal, terus kalian bikin resensinya".
Mampus.
krik
Akhirnya gue sama Irwanda pasrah, kita ke perpus dan nyari buku paling tebel buat kita resensi. Jujur, ngresensi buku itu nggak semudah membalikkan telapak tangan gajah (ha?). Sulitnya amit-amit jamban bayi (eh?). Tapi perlu diingat, hukuman apapun yang berhubungan dengan novel pasti gue lakuin dengan senang hati. Kecuali kalo gue dihukum suruh nyebutin rumus molekul dari unsur bla bla bla bla, gue bisa epilepsi tujuh turunan. Jadi intinya, novelholic seperti gue nggak bakalan nyesel dihukum kayak gituan, malah hukuman itu bisa nambah ilmu. Ya nggak? Yaudah, doain gue biar cepet nyelesaiin hukuman ini. Salam sepur!
krik
21-09-2012
