Cinta. Ya, lagi-lagi kata itu yang sekarang ada di benak gue. Entah kenapa tiba-tiba gue inget masa-masa dimana pertama kali gue mengenal yang namanya cinta. Waktu gue SD, gue udah ngerasain yang namanya cinta sama seseorang. Sebut aja namanya Dea. Jujur, waktu gue masih SD, gue nggak mikirin yang namanya penampilan, gue hanya bocah gemuk dengan celana dan baju kedodoran dan tentunya rambut deodorant style ala zaman 80-an. Sangking 'lawas'-nya penampilan gue, sampai-sampai banyak sarang laba-laba di tubuh gue. Kembali ke Dea, ya, dia adalah tipikal cewek korban iklan dengan rambut panjang sampai pantat, kadang gue bingung gimana bedain dia dengan kuntilanak. Tapi kenapa gue bisa suka sama dia? jujur, sampai sekarang gue juga bingung. Prinsip gue waktu itu hanya, "gue suka sama dia".
------------------------------------------
Pendekatan pertama gue lakuin dengan cara: minjemin dia komik. Gue tau kalo dia suka banget baca komik, masalahnya, waktu gue SD, komik gue terlalu vulgar. 'Shinchan'. Ya, banyak banget adegan Himawari (adiknya shinchan) tarik-tarik titit kakaknya, ini jelas vulgar banget buat anak seumuran gue. Akhirnya waktu liburan, gue sempatin ke gramedia buat beli komik sebanyak-banyaknya. Komik yang baru gue beli itu akhirnya gue pinjemin ke dia. Tentu dia seneng banget gue pinjemin komik banyak banget. Selain itu, gue pernah ngerasain 'FTV Moment', adegan dimana seorang cowok nabrak seorang cewek yang lagi bawa buku banyak, akhirnya bukunya jatoh, ditolongin sama tuh cowok, kenalan, terus jadian. Tapi bedanya, 'FTV Moment' gue cuman sebatas kenalan. Miris banget memang, tapi entah kenapa gue nggak ada penyesalan sama sekali sampai sekarang.
------------------------------------------
Jadi 'FTV Moment' itu gue alami waktu proses pembelajaran dimulai di kelas. Kalo nggak salah waktu itu gue kelas 4 SD. Bel masuk bunyi, anak-anak yang ricuh di luar kelas langsung masuk dan diem. Maklum, waktu itu pelajarannya guru killer di SD gue. Kalo ada salah satu siswa yang nggak ngerjain PR, bisa-bisa dihukum jalan merangkak keliling lapangan sekolah. Jujur, waktu itu keringat dingin mulai keluar dari sekujur tubuh gue. Bukan karena guru killer itu, tapi karena waktu itu gue lagi duduk sebangku bareng Dea. Gue gugup, gue salah tingkah. Nggak sengaja gue jatuhin buku dia, gue ber-inisiatif mau ngambil tuh buku, waktu mau gue ambil. 'Duk!' kepala gue benturan dengan kepala Dea yang ternyata juga mau ngambil tuh buku. Kita ketawa lepas. "Tolong jangan ramai waktu pelajaran saya ya!", tiba-tiba terdengan suara lantang menyeramkan yang tak lain adalah guru killer gue. Sontak kita langsung diem.
------------------------------------------
Sebulan setelah gue minjemin komik ke Dea, akhirnya dia balikin. Waktu di balikin komik gue, dia bilang ke gue, "makasih ya". Muka gue langsung merah mendengar kalimat sederhana yang dilontarkannya. Ada yang aneh dengan tumpukan komik gue, di tumpukan komik itu terselip kertas dengan tulisan sederhana ala Dea, tulisannya, "Thanks ya, asik banget komiknya". Gue langsung orgasme tiga kali sambil berdiri. Itulah momen-momen terakhir gue deket sama Dea, kelas 5 gue udah nggak satu kelas lagi sama dia, begitu-pun waktu kelas 6. Sampai sekarang, gue nggak pernah kontak lagi sama dia, emang gue satu SMA sama dia, tapi kita nggak pernah saling menyapa apalagi ngobrol. Rasa cinta gue dulu hilang gitu aja, nggak berbekas. Mungkin itu yang namanya cinta monyet, berpindah dari satu hati ke hati lain atau seringkali kita sebut 'move on', tapi bedanya yang ini nggak berbekas, nggak meninggalkan jejak di hati yang sebelumnya pernah dihinggapi oleh 'monyet' yang nggak lain adalah 'diri kita sendiri'.
29-04-2012
29-04-2012
2 komentar:
ane suka cerita agan ! :2thumbup
haha. thanks gan :)
Posting Komentar