Pagi itu, seperti biasa gue tidur terlentang dengan laptop dan TV menyala. Gue sms-an dengan unreuited love gue, namanya Elsha (nama disamarkan). Elsha ini tipikal cewek yang tomboy tapi sikapnya lugu banget, itulah yang gue suka dari dia. Setiap kali gue ketemuan atau jalan bareng sama Elsha, dia pasti pake T-Shirt biasa dengan celana jeans hitam. Normal-normal aja, dia tetep keliatan cantik meski penampilannya sederhana banget. Dia nggak mau ribet-ribet dalam hal pakaian, gue pun juga begitu. She is simple fantastic girl.
■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■
Besoknya, hari minggu. Kita berdua janji ketemuan di salah satu warung cilot ternama di kota Lumajang. Dia tiba-tiba ngajak ketemuan gue. Tumben banget? biasanya gue yang ngajak ketemuan Elsha. Sekitar jam 10 pagi, gue jemput dia di rumahnya pake Honda beat biru gue yang jumawa. Seperti biasa, dia berpakaian simple tapi cocok dengan ke-tomboyannya. T-Shirt hitam dengan celana jeans biru 3/4. Gue terpesona waktu itu, dia cantik banget dengan penampilan serba simple ala dirinya itu. Dia tanya ke gue, "jadi kemana nih?". Gue tersadar dari lamunan gue, "Oh, ke warung cilot aja". "Hmm, oke deh. Yuk", ajak dia. Di perjalanan, gue ngobrol banyak dengannya, kata Elsha, dia kemarin dimarahi bokap-nya gara-gara sikapnya yang santai banget dalam hal pelajaran. Elsha bilang, dia ngajak gue biar penatnya bisa hilang. Gue senyum-senyum najong waktu itu, gue bahagia banget dibilang bisa ngilangin penat cewek secantik Elsha.
■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■
Sesampainya di warung cilot, kita pesan masing-masing satu porsi cilot, Elsha pesan jus sirsak favoritnya, gue pesan jus anggur. Tumben hari ini gue gugup duduk berhadapan dengan Elsha, mungkin karena gue punya tugas buat ngilangin penatnya. Gue mulai obrolan dengan guyonan-guyonan ringan. Dia ketawa kecil. Gue liat dia tersenyum di sela-sela kita ngobrol. Manis banget. Sampai pada akhirnya gue kehabisan bahan obrolan, gue diem, Elsha juga diem sambil buka HP-nya. Dia tetap senyum. Gue semakin salting dibuatnya. Gue tatap matanya dalam-dalam, gue pengen ngomong kalo gue cinta banget sama dia, tapi gue rasa belum tepat waktunya. Tanpa sadar, gue bilang ke dia, "Gue pengen terus seperti ini", goblok banget gue. Dia balas singkat, "Gue juga". Gue langsung senyum-senyum najong mendengar respon dia. Terkadang, keceplosan bisa membawa berkah. Kita saling diem-dieman lagi. Gue santap sedikit cilot kesukaan gue. Setelah semua habis, gue nggak mau cepat-cepat beranjak pulang. Gue pengen lebih lama lagi bersama Elsha. Setelah kita ngobrol-ngobrol kira-kira 30 menit, dia ngajak gue pulang.
■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■
Di perjalanan pulang, gue tanya ke dia, "Kemana lagi nih? langsung pulang?". "Gimana kalo muter-muter alun-alun? gue bosen di rumah". "Oke", gue menyanggupi. Saat Honda beat gue masuk ke areal alun-alun, kira-kira dua kali kita muter-muter alun-alun, Elsha melontarkan satu kalimat yang bikin gue bahagia banget hari ini, dia bilang, "Makasih ya buat hari ini, asik banget". "Iya, sama-sama", gue bahagia lihat dia bahagia. Gue udah dua tahun deket sama Elsha, tapi gue masih belum merasa siap untuk nyatain perasaan gue ke dia. Gue berpendapat cinta bukan terbentuk karena berapa lama pendekatan yang kita lakukan, tapi berapa banyak kebahagiaan yang gue berikan ke dia. Kalo udah dirasa cukup, baru gue to the point ke dia. Setelah empat kali putaran, gue anterin dia pulang.
■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■
Di depan gang rumahnya, gue berhenti. Elsha turun dan senyum ke gue tanpa berkata apa-apa. Gue balas senyumnya, lalu dia beranjak ke rumahnya. Gue diem sebentar, baru kali ini gue dapet senyum yang tulus banget dari orang yang gue suka. Akhirnya gue pulang. Gue diem di kamar berantakan ala gue. Headset di kuping memainkan lagunya The Beatles - Something. Gue senyum-senyum sendiri, persis orang gila. Memang, cinta bisa bikin kita gila. Sampai saat ini, detik ini, dimana gue lagi nulis entry ini, gue masih merasa belum cukup kebahagiaan yang gue berikan untuk Elsha. Ya, belum cukup.
15-04-2012
0 komentar:
Posting Komentar